《[Indonesian] Great world traveler》Chapter 11
Advertisement
.
.
Akhirnya aku sampai. Itu yang kupikirkan tentang saat ini.
Namun apa yang kuhadapi melebihi apa yang kuharapkan. Sebuah gerbang dari pohon raksasa yang membentuk celah raksasa ditengahnya, dan memiliki daun pintu ganda disana. Jika kuingat, ini belum ada 1 setengah abad yang lalu. Aku sama sekali tidak mengharapakan hal-hal seperti fantasy tingkat tinggi akan kuhadapi saat ini.
Baiklah kurasa memang telah banyak yang berkembang, aku hanya telah melewati banyak masa. Jadi aku pun melewati gerbang dan memasuki kawasan benua tengah.
~
Sebelumnya, aku telah bangun di penginapan tepat saat matahari akan terbit. Dalam kebiasaan mereka, waktu itu adalah masih sangat pagi, mereka terlihat malas saat melayaniku untuk check out. Entah kenapa pagi ini aku sangat bersemangat.
Aku meninggalkan kota, melanjutkan perjalanan, dan siang ini aku telah dekat dengan tujuan.
Sesuatu di balik gerbang pohon, kupikir akan menjadi sesuatu yang lebih spektakuler. Jalanan Batu dengan tiang-tiang berbatu sihir bersinar di kepalanya, tersusun rapi berjejer disamping kiri dan kanan jalan.
Setelah kuanalisis dengan kemampuan penilaian salah satu bagian dari kemampuan psikis. Tiang-tiang itu berfungsi untuk membuat jalan lebih aman, benda itu menghalau magical beast, demon beast ataupun monster untuk menyerang pejalan yang memakai jalan ini.
"Karya yang hebat. " gumamku.
Itu yang kupikirkan, karena sekarang tidak ada siapa-siapa selain aku, jadi apa salahnya bicara sendiri.
Aku pun berlari santai, sambil menikmati pemandangan hutan yang terasa berbeda dari yang lain dan beberapa monster yang kulihat hanya duduk diam dibalik pepohonan.
"Felis memang telah menciptakan hal-hal menakjubkan. " Gumamku.
Sekarang aku pun berlari dengan kecepatan abnormalku.
.
Hutan telah berakhir, dan sekarang adalah tanah lapang, Padang rumput. Pemandangan hijau sejauh mata memandang benar-benar menyegarkan pikiranku lagi. Tiupan angin yang melambai-lambaikan rumput terlihat Indah seakan berirama. Itu membuatku tidak tahan untuk hanya melihat dan berdiam di jalur yang aman. Jadi kuputuskan aku keluar dari jalan dimana perlindungan tiang-tiang itu tak berfungsi.
Apa yang kuhadapi adalah sebuah kejutan lagi. Belum begitu lama aku berlari di Padang rumput, beberapa monster yang sepertinya magicial beast datang menyerangku. Namun mereka mati dalam satu pukulan.
"Tak kusangka, bahkan Padang rumput juga kekuasaan mereka." gumamku.
Aku bertarung menggunakan sebuah belati yang sebelumnya kudapatkan di reruntuhan desa itu, dengan mengayunkannya dan menggipaskannya membentuk serangan angin.
Ada mahluk yang berpostur serigala hanya saja bertaring besar dan panjang. Ada pula yang menyerupai gorila tapi bercakar beruang. Tetapi, yang paling banyak menyerangku adalah si yang berpostur serigala itu.
Berputar dan menebas mereka sekali banyak dalam satu tebasan. Tendang dan pukul.
Dalam sekejap bangkai binatang telah beserakan disekitar dan mewarnai kehijauan Padang rumput dengan cipratan merah darah.
"Ah... Kapan habisnya. "
Merasa bosan dengan hal ini, aku juga berpikiran ini akan menghabiskan waktuku sia-sia. Pilihan keluar dari jalan, ternyata memang pilihan yang salah. Karena sudah terjadi maka teruskan saja.
Aku berlari.
Kemudian hal mengejutkan lainnya kembali datang ke penglihatanku. Itu berada pada 1 km dari tempatku berdiri. Namun ukuran raksasanya memperjelas dan wujudnya memberikan kesan 'keren' dikepalaku.
Itu seperti monster serigala, lagi. Tunggu sejak kapan Felis menyukai serigala? Setelah jenis magical beast, kali ini jenis raksasanya.
Bedanya adalah yang magical beast memiliki daging dan darah, sedangkan yang raksasanya tidak. Ini lebih menyerupai patung Batu yang dapat bergerak. Ia seperti Gargoyle.
Sekarang aku sudah tiba dihadapannya.
"OI!!! APA KAU DAPAT MENDENGARKU!!! "
Sejenak ia tidak merespon, lalu kepalanya bergerak dan mata bercahayakan biru mengarah padaku. Suara gesekan dan getaran Batu dapat terdengar saat itu.
Kraft
Tak kusangka, responnya buruk. Tidak, aku sudah menduganya.
Dalam sekejap cakar batunya itu telah menggaruk tanah tempat tadinya kuberpijak, sedangkan aku melompat tinggi kelangit menghindari itu.
"HEI!! APA KITA HARUS BERTARUNG? "
Aku mencoba bertanya, siapa tau ia paham dengan ucapanku. Terkadang monster raksasa lebih cerdas dari pada yang kecil. Apalagi jika itu benar-benar gargoyle.
Advertisement
"GRAOURRR!! "
"Baik, sepertinya kau tidak paham. " kataku.
Mengatakan itu selagi berada diudara, lalu mendarat mulus dengan mengambil jarak dari serigala Batu itu. Ia pun juga merespon dan kaki belakangnya juga mulai bergerak. Itu melangkah kedepan perlahan, dengan keempat kakinya.
Kali ini ia mengejarku sambil terus memainkan cakar batunya padaku. Sedangkan aku terus saja melompat mundur menghindari itu. Ia semakin cepat dan aku pun juga semakin cepat. Jika begini terus mungkin suatu hari nanti aku akan dikenal sebagai pelompat mundur tercepat yang pernah ada. Tidak, ini tidak akan terjadi.
Soal ini Bukan berarti aku tidak bisa menyerang, atau terpojokkan olehnya. Sebaliknya, ini begitu mudah jika aku ingin menghancurkannya. Alasannya adalah karena aku takut.
Aku takut Felis akan marah padaku.
"Sial! Karena sepertinya tidak ada pilihan lain, aku akan menanggungnya. " gerutuku kesal.
Aku berhenti melompat setelah satu lompatan besar. Berdiri disana sambil mengeluarkan satu belati dan menghunuskannya kepada siserigala batu. Lalu melesat kedepan dan memangkas horizontal dua kaki depannya bersamaan.
Paarr
Dua kaki itu hancur sehingga ia jatuh kedepan dengan kepala yang merusak tanah.
Namun ternyata itu tidak mempan. Serpihan batu dari dua kaki yang hancur itu kembali menyatu dengan tubuh utama. Seperti magnet yang kembali melekat, dan membentuk dua kaki depan.
"Baik, ternyata kau cukup merepotkan. "
Musuh yang paling merepotkan adalah yang pintar beregenerasi. Itu fakta, karena setiap kali kau melukainya luka itu akan sembuh dalam sekejap dan kembali seperti semula. Jadi disini aku benar-benar harus menghancurkan dalam satu pukulan.
Satu hal lagi, biasanya mahluk seperti ini memiliki inti dalam tubuh mereka, yang membuatnya tetap hidup selama inti masih utuh. Jadi yang harus kulakukan adalah menghancurkan dalam satu pukulan dan mendapatkan intinya lalu menghancurkannya juga.
Kesimpulannya aku harus menghancurkan semua komponen tubuhnya.
"Hm... Aku tidak membutuhkan pisau untuk melakukan ini. "
Belati itu aku jatuhkan ditanah, sambil memasang ekspresi yakin.
Menunggu saat ia semakin lebih dekat, aku memasang kuda-kuda-ku.
GROURRR...
Ia melompat seperti singa yang menerkam mangsanya, namun masih dengan postur serigalanya.
Menanggapi itu aku juga melompat, menyiapkan tinju tangan kananku dan tangan kiriku sebagai perisai. Mungkin jika dilihat lewat samping akan dapat dilihat seperti kami akan beradu pukulan terakhir. Serigala itu dengan kepalanya dan aku dengan tinjuku.
Dan sekarang jarak pun semakin kecil. Sekarang adalah saatnya...
"Terima ini!! "
Bhar....
Satu pukulan merobohkan semuanya, ini seperti yang kuharapkan. Tapi...
Tidak, ini mungkin malah berlebihan.
"Whoa... Ternyata kau terlalu rapuh. "
Hasil dari tinjuku mengenai kepalanya, tembus hingga ke bagian ekornya. Retakan yang begitu cepat menyebar dari kejutan tekanan pukulanku yang kuat. Seperti pasir dan kerikil tubuhnya hancur menjadi seperti itu.
Dan tak ada lagi suara auman.
Lalu, sebuah bola kristal sebesar kepalan tangan muncul dari balik pasir dan kerikil itu. Bercahaya perak dan berpendar-pendar.
Pasir dan kerikil bereaksi dengannya.
Aku mengambil bola itu segera dan mengangkatnya hingga sejajar mataku. Pasir-pasir disekitarnya melayang dan menempel padanya seperti magnet.
Perlahan tapi pasti pasir-pasir dan kerikil yang bergerak itu akan kembali membentuk wujud serigala Batu raksasa. Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi, karena akan merepotkan menghancurkannya untuk yang kedua kalinya.
"Kali ini kau benar-benar hancur. "
Dengan genggamanku aku menghancurkannya, menjadi bongkahan kristal biasa di telapak tanganku. Bola kristal hancur dan pergerakan pasir pun berhenti sehingga kembali jatuh ketanah.
"Huh.... Ceramah Felis mungkin akan menantiku di masa depan... " ucapku lesu.
"... Dan aku merindukan itu. "
~~
Tumpukan pasir dan kerikil berserakan disekitar tempat Armil berdiri. Setelah menyimpan bongkahan kristal dikantong jubahnya, ia mulai meninggalkan tempat itu. Dengan santai berjalan merasakan tiupan angin Padang rumput. Ia tampak menikmatinya.
Pasir dan kerikil yang tadi menjadi timbunan dibalik rerumputan. Lenyap setelah ditiup angin menjadi debu berkilau hingga kemudian tak terlihat lagi. Rerumputan yang tadi tertimbun, kini sudah kembali bergoyang karena tiupan angin. Seakan tidak terjadi apa-apa beberapa saat yang lalu.
Advertisement
Beberapa menit kemudian, setelah melewati beberapa bukit kecil, Armil menghentikan langkahnya. Dengan wajah dibawah penutup kepala itu, ia terlihat mencurigakan.
Ada sekelompok demi-human bersenjata memblokir jalannya. Berpakaian seragam seperti militer Cina, dan membentuk barisan formasi tempur. Salah satu dari mereka, seorang ras demi-human Kucing berbadan kekar, maju kearah Armil dan menodongkan pedangnya.
"Apakah kau yang menghancurkan Wofleo kami di daerah ini? " ia bertanya dengan cukup tekanan.
Armil yang mendengar pertanyaan itu jadi bingung dan berkeringat dingin. Bukan karena tekanan intimidasi dari demi-human kucing ini. Melainkan karena hal lain.
Ia mengira Wofleo mungkin adalah sebutan mereka untuk serigala batu yang baru saja ia hancurkan. Dan Felis akan menagih pertanggung jawabannya untuk itu. Dengan mengirim mereka.
(Apa Felis benar-benar marah sehingga mengirim orang-orang ini padaku?) pikirnya.
(Apa yang harus kulakukan?)
Armil membuka penutup kepalanya untuk menghilangkan ketegangan. Sebelumnya ia mengenakan itu untuk menghindari panas. Jadi sekarang agar ekspresinya dapat dilihat oleh lawan bicara, ia membukanya.
"Ah.... Itu... Maaf, Aku tidak sengaja. Kalau boleh aku akan meminta maaf langsung pada Felis yang mengirim kalian kesini. Bagaimana? "
Mendengar jawaban Armil itu membuat wajah sikucing itu menegang marah. Genggaman pada pedangnya malah semakin kuat.
"Kau pikir kami akan memaafkanmu begitu mudah?! Dan juga trik murahanmu, ingin meminta maaf pada Felis?? Jangan bercanda!!! kau hanya akan mencelakainya! Kau juga tak menghormatinya dalam menyebutkan namanya! Mahluk sepertimu bahkan tidak pantas untuk menyebutkan namanya. Kau pikir aku tidak tau isi pikiranmu! Bajingan! "
(Whoa... Itu bohong, Kau tidak tau apa pun isi pikiranku, sebaliknya aku tau apa yang kau pikirkan dengan mudah... mengambil kesimpulan berdasarkan pikirkanmu sendiri, dan mengatakan itu isi pikiranku, bodoh. Jadi apa mereka ini semacam fans-nya Felis, atau apalah itu?. Tapi akan semakin rumit jika mereka dikirim kemari atas perintah Felis)
Di beberapa tempat seperti sekolah atau kantor yang memiliki Madonna disana, biasanya beberapa sekelompok lelaki menjadi Fans-nya dan mengancam setiap lelaki yang mendekatinya, seakan Madonna itu Dewi mereka. Dan sepertinya hal itu juga terjadi disini, terhadap Felis.
"Um... Apa nyona Felis... yang mengirim kalian? " tanya Armil, dengan sopan.
"Tidak! Kami adalah divisi 1 keamanan garis depan, bergerak otomatis atas tugas kami! "
Mendengar itu Armil lega, dan sedikit mengurut dadanya.
(Oh.... Syukurlah.. Kupikir Felis benar-benar sudah marah padaku)
Si kucing yang jadi pemimpin dikelompok itu, melihat gerakan Armil mengurut dadanya membuatnya waspada.
"Apa yang akan kau lakukan, sialan? "
"Eh? Apa? "
"Semuanya bersiap menyerang, musuh hanya sendiri. Pastikan kita mengalahkannya dan menyerahkan kepalanya kepada Felis!! "
"""YEAH"""
Sorak mereka bersama.
"Eeh... T-tunggu! "
Namun suara Armil tak lagi terdengar oleh mereka, dan Medan pertempuran pun tercipta.
"Eits.... "
Tembakan crossbow besi dan serangan pedang, menyerang Armil secara beruntun. Mereka bahkan tak menyempatkannya untuk bicara. Namun Armil hanya mengelak tipis dan melompat menghindari tembakan. Ia bahkan tak menyerang.
"Ada apa? Kau bahkan tak menyerang, pengecut! "
"Aku tidak meniatkan itu. " [Armil]
"Hahah.... Terserah mu, itu bahkan akan mempermudah kami mendapatkan kepalamu!! "
"Coba saja. "
Mereka semakin bersemangat, menunjukan seringai wajah menyeramkan dan ganas. Jika manusia biasa mungkin akan tumbang hanya dengan melihat dan merasakan tekanan mereka. Tapi bagi Armil itu hampir sama seperti sekumpulan serangga.
Ia bahkan menguap ngantuk beberapa kali.
"Sialan, kenapa tidak ada satu pun yang berhasil. "
Ujar sikucing kesal, sedangkan Armil hanya berdiri diam tak jauh darinya dengan menutup sebelah matanya.
"Baik! Gunakan sihir kalian untuk melawannya! Dapatkan. Kepalanya!!"
"""Siap!! """
Sihir penguat tubuh, penguat senjata, dan sihir element. Beragam sihir dari skuad yang berbeda, skuap pedang dan skuad pemanah. Mereka menggunakan sihir untuk musuh yang mereka anggap sulit untuk dikalahkan. Tanpa sihir bahkan fisik mereka sudah dua kali lipat manusia biasa, dengan sihir maka akan menjadi lebih kuat.
Tapi tetap saja, percuma untuk melawan Armil.
Shift
Gerakan mereka semakin cepat, skuad pedang dengan tebasan pedangnya menghasilkan angin tebasan yang juga berbahaya. Tanah dan pohon yang terkena itu kini penuh dengan bekas tebasan.
Panah yang diluncurkan kini beralirkan sihir, lebih tajam dan kuat dan juga dapat mengejar musuh. Skuad pemanah yang mayoritasnya terdiri dari para elf, bukan perempuan tapi elf laki-laki.
Serangan panah cukup membuat Armil bergerak mengelak lebih cepat dari sebelumnya. Ia menghindari semuanya dengan sempurna. Mereka berpikir bahwa ia akan kelelahan nantinya. Tapi tidak ada tanda-tanda kelelahan pada Armil sedikit pun.
"Ada apa?!! Sial!! Kenapa tidak ada satupun yang kena!?! "
Sikucing itu semakin kesal melihat tidak ada satu pun serangan yang kena, sedangkan pasukannya sudah mulai kelelahan.
"Kalian tak lebih hanya serangga kecil bagiku! " jawab Armil acuh.
"Apa katamu?! Jaga bicaramu bajingan!! "
Sikucing semakin marah, emosinya meningkat.
"Untuk apa? Jika hanya menghadapi orang bodoh sepertimu! " [Armil]
"Sialan kau manusia! Seenaknya menghina kapten kami!! "
Salah satu dari skuad pedang marah saat Armil menghina sikucing.
"Kalian bahkan lebih buruk lagi, melawan musuh yang tak bersenjata dengan senjata! Apa guru kalian tidak mengajari itu dalam etika bertarung!! "
Semua orang tegang saat mendengar kata-kata Armil. Tadinya mereka pikir ia hanyalah manusia pengecut yang bersedia menundukan kepalanya pada mereka, dan mereka merendahkannya. Namun kini auranya terasa berbeda.
Itu jelas Armil sedikit melepaskan tekanan aura kekuatan besarnya.
"Biar kutanya sekali lagi, SIAPA YANG PENGECUT DISINI?!!! HAH? " [Armil]
Semua diam bahkan suara jangkrik pun tak terdengar.
"Baik, kalau begitu biar aku sendiri yang akan melawanmu..."
"... Pedang dengan pedang. Akan kutunjukan apa yang telah diajarkan pak Darkon padaku."
Sikucing berbicara sambil menyerahkan satu pedang kepada Armil dan satu pedang dalam genggamannya.
(Darkon? Sepertinya nama itu tidak asing bagiku.)
Sambil menerima pedang Armil memikirkan itu.
"Kapten!! Apakah akan baik-baik saja seperti itu? "
"Ya.. Apa kalian masih ingat apa yang diajarkan pak Darkon pada kita? Dan kita sama sekali tidak menjalankan itu saat berhadapan dengannya. "
"".......""
"Jadi biarkan aku melawannya dalam pertarungan pedang satu lawan satu! "
""Baik!! Kapten""
Dengan begitu mereka menyiapkan kuda-kuda masing-masing, para bawahan sikucing menjauh dari area pertarungan dan berharap kaptennya akan menang. Namun Armil bahkan tak memasang kuda-kuda, ia hanya berdiri lenggok dan memegang pedang tanpa mengangkatnya.
Melihat ekspresi dan sikap Armil yang bahkan sangat santai saat pertarungan akan dimulai itu malah membuat mereka dan sikucing semakin kesal. Sikucing jadi ingin segera mengalahkannya.
"MULAI!!! "
Dan pertarungan pun dimulai.
"Hyaa... "
Klang
Sikucing melesat kearah Armil dan mengayunkan pedangnya. Tapi ditangkis oleh pedang Armil membuat tangan sikucing gemetaran, sedangkan Armil tak berefek apa-apa, masih dengan tampang santai.
Tatapan mereka beradu begitu pula pedang mereka. Tapi yang paling tegang adalah sikucing. Ia merasakannya kekuatan Armil yang begitu besar lewat tangkisan pedangnya.
Hingga sebuah peringatan menurunkan ketegangannya.
"HENTIKAN!!! "
Sosok naga merah setinggi dua meter berseragam militer, muncul dari langit setelah melipat sayapnya. Sosok yang mereka kenal sebagai...
"Pimpinan? pak D-darkon? "
Ia menundukan wajahnya dan menyembunyikan matanya dengan topinya berjalan cepat kearah area pertarungan. Entah apa yang ia sembunyikan dimatanya, tak ada yang tau.
Reflek sikucing mundur dari Armil menurunkan pedangnya dan tunduk pada Darkon.
"Musuh a_"
Namun Darkon mengacuhkannya, ia bahkan tak meliriknya. Dan malahan ia melakukan hal yang mengejutkan semuanya.
Darkon berlutut pada manusia itu.
"Se-Selamat datang kembali, Master! "
.
.
.
Advertisement
- In Serial15 Chapters
Valor and Violence
Valor and Violence is a series of short stories following different, yet all equally colourful, characters set in the same world. Birth of a Legend, the first short, follows Captain Erskine Erwell, a newly promoted Captain in the Calandorian Royal Navy, charged with protecting his people from all who would do them harm. Great news for the Calandorian citizens, bad news for the Skjar reavers that ravage the shores in search of slaves. But when a small reaver fleet slips the net and escapes to the southern jungles of Marduk, Erwell must fight a war on two fronts; one against the raiders, and a far more difficult war against the hostile landscape. If he can't find allies in this strange land, he may end up being the one in need of saving. The first part of the second short story will be uploaded on Saturday, the 11th of June, following Ferez Ahud, an aspiring young battlemage charged with the unsavoury job of 'terminating' a rogue member of his college. But how this nobody of a mage became a fugitive remains a mystery, and when the answer is discovered, the tables are turned and the hunter becomes the prey. I'll be uploading chapters of more in-universe short stories each week or as close to, work permitting. Content Guidelines: course language and violence
8 99 - In Serial12 Chapters
EARTH SAGE DOESN'T WANT TO BE BOTHERED
Ash Sage dies in a tragic accident and is reborn in a new world and given a second chance. Seems pretty fimilair right? Well, instead of trying to better this new world or going on a quest to slay a demon king all Sage wants is to save up enough money to buy a house and live far away from everyone. He'll have to make use of his only skill, Earth Magic, to try and get money so he can live a life where he won't be bothered by anyone. Much to his dismay, to make money he'll have to deal with his least favorite thing, people. It's a fantasy comedy with a lazy hero who justs wants to be left alone.
8 241 - In Serial8 Chapters
The Millennial In Another World
A sudden tremor brings the NEET Sung Jae and his bullies to a world unbeknownst to them, thrusting them with the task of protecting and saving Elgia, the empire within the new world. However, Sung Jae isn't going to start playing hero anytime soon and seeks to carve out his very own path in a strange, magical land.
8 205 - In Serial16 Chapters
The Lion and The Raven ~ James Potter AU
"I fell in love the way I fall asleep. Slowly, then all at once."-- John GreenHe was dynamic.She was dramatic.He was cheeky.She was sassy.He was reckless.She was passionate.They were by no means perfect. But they were perfect together.~*~*~*~James Potter. Gryffindor. Quidditch Captain. Seeker. Marauder. Transfiguration Prodigy. Natural leader. Arrogant.Camilla Lavensque. Ravenclaw. Quidditch Captain. Chaser. Marauder. Dueling Prodigy. Silver tongued. Tempramental.There was nothing to say much about them really. They were meant for each other. He knew it, their friends knew it, everybody knew it. She refused to accept it. ~*~*~*~A different take on what happened that 1st train ride. Along with my OC's, and me messing up the timeline.Marauder's Era AUCopyrighted @2019© All Rights ReservedBook cover and aesthetics made by me. However, I do not own any of the images used.
8 131 - In Serial59 Chapters
In Lockdown With Them
Olivia Davis is a 17-year-old girl who has gone through a load of trauma after both a robbery and a fire took place in her house, causing both her parents' death when she was only ten years old.With her older brother Luke going away to college and leaving her reluctantly a few months before the Coronavirus spreads, Olivia must find an apartment to stay in and call home until she finishes her junior and senior years in Rosewood High. What'll she do after she finds out that the only apartment willing to accept her had the hottest two delinquents living under its roof?How will she react when she finds out she's not the only one suffering... and that it's always the least expected ones who are hurting the most?Late-night drives, trashing preschool teachers' houses, fighting Karens at Target in the toilet paper aisle, messing up the kitchen, vibing to nostalgic songs in the middle of the night, a handful of heart-to-heart conversations, and figuring out each of the two bad boys' deepest secrets and hidden flaws... this is gonna be one hell of a ride.❝➳ I looked up and almost shrieked when I saw how close his face was to mine. He was now on top of me, his knees on either side of my hips and his hands on either side of my head, holding his weight up above me.He tilted his head a little and moved it a bit to the right, so his lips were now brushing my ear. I felt him lean his left cheek that was covered in yellow paint against mine and shake his head, causing our cheeks to rub against each other smoothly because of the paint. What is this boy doing?He sighed into my ear and whispered, "I really wanted to make purple... but orange's kinda dope too, I guess." ➳❞⚠️1: ALMOST EVERY MAIN CHARACTER in this story suffers from a mental disorder. e.g. ADHD, panic disorder, Bipolar, schizophrenia...(the point is to spread mental health awareness)⚠️ 2: triggering content like panic/anxiety attacks, nightmares, hallucinations, attempts of suicide
8 69 - In Serial59 Chapters
The Hunter's Alpha
Amber Lyndon's future seemed inescapable as a second class human citizen growing up among the hunters, at least until she is rescued from an attack and taken captive by a brooding alpha who is interested in getting answers from her, and a lot more.#1 in Werewolf (12/03/2021)#2 in Vampire (12/03/2021)Mature content including violence, adult themes and sexual content. Not intended for the 18- crowd.
8 195

