《Future Partner》Dia lagi?
Advertisement
"Pagi Kak Di" ucap Prilly yang baru saja menuruni anak tangganya itu. Ia rupanya sudah rapih, udah siap untuk ke sekolah.
"Hai, Pagi Illyku. Udah siap banget nih kesekolah. " Jelas kak Di.
"Iyalah kan tiap hari tuh emang harus selalu semangat kak" Prilly mengoleskan selai srikaya di atas roti nya.
"Gimana kemaren acaranya? Have fun kann?" Kak Di mengira2 kalau memang seru..
"Oh , have fun dong Kak."
"Ohiya, Kamu hari ini gausah bawa motor dulu ya, motornya kakak service kemaren di bengkel Mang jono." Jelas Kak Di
"Loh,kok Kak Di gak bilang sama aku sih." Tanya Prilly sedikit bingung.
"Hm, gimana kakak mau bilang, kan kamu semalem balik malem"
"Eh iya kak, hehe. Yaudah kak gapapa.. "
"Nanti bareng kakak aja ya" Kak Di menawarkan tumpangan pada prilly. Entah mau atau tidak.
"Nooo, jangan kak. Ehmm, gak usah deh. Nanti aku biar naik angkot aja. Aku udah gede kak, jadi biar aja aku sendiri yah." Lagi lagi Prillypun menolak. Memang semenjak kelas 3 ini, Prilly sudah tak mau diantar dengan kakaknya. Mungkin gengsi.
"Yaudah deh, tapi kamu janji hati hati ya." Kak DI selalu memaklumi keputusan Prilly untuk tidak diantar.
"Sipp kak, yaudah aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum" Ucap Prilly sambil menyalami tangan kakaknya itu.
"Walaikumsalam," Kak Di mengelus pucuk rambut Prilly. Rasanya ia sangat sayang dengan adik semata wayangnya itu.
***
"Duh, mana sih angkotnya. Pada gamau rezeki apa ya..." Prilly melangkah terus menerus. Tepat di persimpangan jalan.
Byur...
Mobil sport melaju dari arah bersamaan dengan laju cepat dan tak sengaja menciprati rok span Prilly yang terkena air tergenang tepat di depan Prilly saat ia berjalan.
"Duh, tuh mobil gak bisa pelan dikit apa. Gatau disini ada orang!!!" Prilly mendengus kesal.
Tepat di depan Prilly di bahu jalan tersebut mobil Sport itu terhenti. Seseorang laki-laki pun turun dengan kemeja casual yang tak terlihat formal dengan tatapan teduh menghampiri Prilly.
"Mba, maaf ya mba saya gak sengaja..." ucap lelaki tersebut mengakui kesalahannya itu.
"Heh, lo tuh kalau...." Deg.... rasanya lidahnya terhenti sesaat. Saat Prilly berbalik badan, tibatiba Prilly tidak melanjutkan emosinya saat itu?
"Nik..niko." ucap Prilly sambil tercekat kaget melihatnya.
"Eh, Prilly, yaampun sorry, sorry banget ya. Gue gak sengaja tadi. Maaf ya.." Ternyata dia adalah Niko, ya... Niko temannya dulu di SMP. Dan sekarang mereka bertemu lagi setelah semalam dia mengantar Prilly pulang.
"Ehmm, yaampun Nik, iya gapapa kok. Sorry gue juga gatau mobil lo. Jadi mau main marah aja tadi. " Prilly pun menatapnya sesekali.
"Okedeh, tapi gue boleh anter lo? Ini sebagai permintamaafan gue. Gimana?" Niko tanpa teka teki, langsung to the point.
"Hm, gausah Nik, gapapa kali. Gue bisa naik angkot disini. Kayaknya juga lo buru2 tadi, gapapa kok Nik" Prilly menolak bukan untuk jual mahal tapi memang dia tidak mau merepotkan yang nantinya akan ada maksud lebih jauh.
"Prill, please ya. Izinin gue anterin lo, toh ini kan sebagai permintamaafan gue. Gue kan tanggung jawab orangnya. Mau ya?" Jelas Niko yang mengharapkan Prilly tidak akan menolak tawarannya.
"Hm,okedeh" Prilly pun mengikuti Niko dan ia masuk dan duduk di kursi mobil depan tepat di samping Niko.
"Btw, kok lo naik angkot?" Tanya Niko heran.
"Hm, gapapa kali sehat pagi2 biar olahraga. Hehe" jawaban yg memang menurutnya selalu sama ketika ditanya sama siapapun
"Oh, olahragawati juga ya Prill" ledek Niko sembari melayangkan senyumannya.
Hhhh, iya deh Nik terserah aja. Batin Prilly.
Dia hanya membalas dengan senyuman saja.
Tak lama setelah Prilly memberi tahu jalan ke arah sekolahnya. Mereka pun sampai.
"Nik, thanks ya atas tumpangannya. Maaf ngerepotin" ucap Prilly dengan rasa tidak enak hati.
Advertisement
"Iya gapapa Prill,malah gue seneng,jadi bisa tau sekolah lo hehe" Tawa Niko memberikan arti. Entah apa itu artinya. Prilly sendiri tidak pernah ambil pusing.
"Okdeh gue masuk ya,bye"
"See u Prilly" Prilly hanya membalas senyum lalu menjauh dari mobil Niko dan segera masuk ke kelasnya.
Ali yang sedari tadi memperhatikan Prilly turun dari mobil sport tersebut lebih memilih masuk terlebih dahulu. Kemungkinan Ali masih badmood dengan Prilly atas kejadian semalam.
"Haiii Preleee" begitu Itte memanggilnya saat Prilly masuk ke kelasnya.
"Apaan tuh Prele, nama gue Prilly, u know" Prilly menaruh tas dan menduduki kursinya.
"Yaelah buat asik2an,bentar deh... btw, itu rok lo kenapa????" Tanya Itte tanpa memperdulikan suaranya itu.
"huh, jadi ceritanya tuh gue nunggu angkot dan kecipratan sama mobil yang lewat jadi begini deh" Prilly memelaskan mukanya.
Tak lama Ali masuk dengan tampang dinginnya. Tumben.
"Haiii, Aleeee" Begitu juga Itte memanggilnya. Memang ini anak, suka sekali ganti ganti nama orang.
Takada jawaban dari Ali. Itte langsung melirik ke arah Prilly, dengan tatapan bingung lah Prilly membalasnya.
"Tte anterin gue yuk ke koperasi,ganti rok nih" ujar Prilly segera bangkit dari bangkunya. Sedangkan Ali hanya terdiam tanpa memperhatikannya.
"Yuukk cus" jelas Itte langsung menggandeng tangan Prilly..
Tuh anak tau gak sih dia buat salah. Bukannya negor gue minta maaf,malah nyelonong pergi. Dasar chub cheeks. (Re: pipi chubby)
Tapi emang dia salah apaan ya,gue juga bingung. Hh tau lah, hati lagi gaenak banget pokoknya pagi ini. kalo soal semalem sebenernya udah gak bete sih. Karna ya gue mengerti dia capek. Batin Ali.
Tak lama Itte dan Prilly masuk ke kelas, karna bel sudah berbunyi.
"Li.... lo tau gak sih.." Ucap Prilly menengok memanggil Ali.
Ali tidak menjawab.
"Li... gue mau cerita"
Ali hanya berdehem.
"Ali....." Prilly mulai mengeraskan suaranya.
"Bisa cerita nanti aja gak? Udah mau masuk kan" kali ini Ali menjawab tanpa memperhatikan Prilly didepannya
"Hmm" Lama lama Prilly pun kesal sendirinya jadinya. Salah apa dia sampai Ali sama sekali tak menghiraukan ucapannya.
Hening... itulah suasana saat pelajaran dimulai.
Hm, lama2 bosen juga gue kalo gak ngomong sehari aja sama nih anak. Huh. Untung gue ganteng baik hati lagi.
Bel istirahatpun berbunyi,
"Prill... " ucap Ali memanggil Prilly.
"Hmm"
"Maaf tadi nyuekin. Kan tadi udah masuk jadi ya sekarang aja. Lo mau cerita apa tadi?" Ujar Ali yang masih seperti biasa,badmood.
"Engga deh, gak jadi Li. Hmm" Prilly yang masih duduk di kursinya itu membalas senyum terpaksanya.
"Prill... mau cerita apa?" Ali segera duduk bangku di hadapan meja Prilly. Ia baik2 menanyakan ceritanya. Karna memang dia sebenernya juga kepo.
"Woiii, lu berdua ke kantin gak?" Itte berseru.
"Engga te, lo makan duluan aja" jelas Prilly . Akhirnya itte hanya jalan sendiri terlebih dahulu.
"Heii... gak jadi cerita nih? Yaudah gue kekantin ya." Tanya Ali (lagi). Berharap Prilly menahannya.
"Li.... Gue mau cerita kalo tadi tuh..."
Belum sempat ia bercerita, Sinta pacar kesayangan Ali datang menghampiri.
Duh sinta ganggu aja deh. Batin Prilly.
"Sayang, ternyata kamu msh dikelas, ayo kekantin . Aku laper bgt nih" ucap Sinta Manja yang membuat Prilly enek melihatnya.
"Oh iya, yaudah deh" Ali sebenernya rada terpaksa karna memang dia sangat kepo dengan cerita Prilly. Tapi apa daya, Sinta kali ini yg meminta. Dia tak bisa menolak.
Sejak kejadian di reuni itu, entah kenapa Sinta jadi jarang negor Prilly. Mungkin kesal dengan teman2nya. Tapi, Prilly sangat tidak memperdulikan hal itu.
"Prill,lo mau ikut gak?" Ali berharap Prilly mau ikut. " gausah Li" singkat Prilly. Ali menatap tak tega melihat Prilly harus sendiri di kelas.
"yaudah gue duluan ya Prill" Ali membalas senyum termanisnya. Sebenernya dia khawatir banget kalo Prilly sudah makan atau belum.
Advertisement
Hhhh bete ya lama lama. Kenapa waktu gue sama Ali sekarang bisa keitung ya...
Rasanya bedaaaaaa banget!
Bahkan untuk ke kantin bareng lagi rasanya jaraaang bgt.
"Loh, ali mana pril?" Tanya itte heran mendekati Prilly yang sendiri sedang memakai earphonenya itu.
"Prill" tanya itte lagi.
"Gatau,sama Sinta" jawabnya singkat dan ketus karena Prilly tidak peduli.
***
Bel pun akhirnya berbunyi, mereka masuk dan belajar seperti biasa. Akhirnya, prillypun tak sempat berbagi cerita dengan Ali tentang Niko yang tadi pagi mengantarnya itu sampai bel pulang akhirnya berdering.
"Prill... lo tadi mau cerita apa? Ali menahan prilly yang masih memasukan buku ke tasnya.
"Gak, gak jadi Li. Males"
"Kok males sih? Cerita dong." Ali sangat penasaran
"Gak penting Li, gak usah dibahas"
"Hm yaudah deh gue gak maksa. Lo mau pulang? Yuk bareng ke parkiran."Ali pun menyerah.
"Gue gak bawa motor," ucap Prilly singkat
"Loh trus lo tadi berangkat naik apa?"
"Woi,lo berdua masih mau ngobrol disini? gue keluar duluan deh jadi nyamuk gue kalo lama lama disini" Itte pun bersuara saat merasa sudah ngga mood nunggu mereka.
"Iya masih lama te," ucap Ali
"Hm, yaudah Te lo duluan aja. Hati hati ya" Jelas Prilly.
"Hey, lo belom jawab jawaban gue tadi" Ali menggeser kursi di dekat Prilly dan mendudukinya"
"Sama Niko."
"Kok bisa sama Niko? Dia jemput lo? Kok lo gak cerita sama gue? Ali menatap sinis,rasanya dia sangat sensitiv apabila membahas tentang Niko.
"Gak sengaja ketemu dijalan. "
"Jadi lo tadi mau cerita tentang Niko yang nganter lo ke sekolah?" Ali pun menangkap maksud dari prilly.
"Iya. gak penting juga kan? Udah ah yuk keluar" Prilly hampir berdiri dan Ali masih menahan
"Penting lah,sekarang lo cerita deh, kok bisa ketemu dijalan?" Ali sangat penasaran sekali rupanya.
"Hm, gue niatnya mau naik angkot tapi pas gue nungguin, mobil dia lewat dan kenceng banget, trus dia gak liat kalo ada genangan air. Terus rok gue kecipratan air itu,jadi basah kotor. Dia gatega sama gue, akhirnya dia nawarin tumpangan buat anterin gue kesekolah. Yaudah gue mau." Prilly menjelaskan secara rinci kejadian tadi pagi itu.
"Kenapa lo mau?"
"Awalnya dia yang maksa. Tapi setelah gue pikir gaada salahnya. Toh itu sebagai permintamaafan dia."
"Lo kenapa gak telfon gue dari awal biar bisa berangkat bareng Prill."
"Bareng? Sinta mau lo taro mana? Udah lah. Gausah dibahas lagi."
"Ya kan gue bisa bawa mobil Prill"
"Gausah. Udah yuk keluar" prilly menutup pembicaraan tersebut agar Ali tidak membahasnya lagi. Dan dia mulai berdiri dan Ali mengikutinya berjalan keluar.
"Terus motor lo sampe kapan?"
"Gatau lusa kayaknya"
***
"Sayaang,ih kamu kok gak tungguin aku sih" Sinta berlari mendekat pada Ali yang baru saja melangkah keluat dari kelas dan bergelayutan manja di tangan kekar Ali. Rasanya Prilly malas melihat itu.
"Eh iya, maaf ya Sin. Yaudah yuk ke parkiran"
"Li, bentar deh, liat itu mobil kan mobilnya Niko!" ucap Prilly yang sedari tadi melihat mobil itu masuk ke halaman utama,
"Serius?" jawab Ali yang tiba-tiba ikut berhenti begitupun Sinta yang melirik heran.
"Iya,gue inget banget. Tadi dia nganter gue juga pake mobil itu" Jelas Prilly.
"Mau ngapain dia kesini,Prill?"
"Sumpah, gue gak nyuruh dia buat jemput gue loh Li" Prilly semakin heran dengan Niko.
Niko yang sudah memarkirkan mobilnya itu menghampiri dan berjalan mendekat ke arah Prilly, Ali, dan Sinta.
"Hai, Prill..." Sapa Niko
"Eh, Hai Li" Niko yang melihat Ali dan menyapanya
"Hai juga Nik" Ali dan Prilly berbarengan
"Prill, Aku kesini buat jemput kamu. Pulang bareng yuk" Jelas Niko yang membuat Prilly kaget.
"Ha? Tapi...." Prilly melirik ke mata Ali dengan memberi kode bahwa ia meminta izin.
Dan Ali membalas dengan tatapan teduhnya menandakan bahwa Ali mengizinkannya walau terpaksa. Yang terpenting bagi Ali, Prilly pulang dengan selamat. Prilly pun mengerti maksud dari sorotan mata Ali.
"Hm kenapa gak mau ya?" Tanya Niko seperti pasrah
"Hmm, ma..mau kok Nik."
"Yaudah yuk." ajak Niko
"Li, Sin duluan ya" Ucap Prilly yang hanya memberi senyum pada Ali.
"Hati-hati Prill" Ali menjawab dengan perhatiannya.
Sinta yang memperhatikan mereka dari tadi hanya diam seribu kata.
"Duluan Li." Ucap Niko dan dibalas anggukan oleh Ali.
Prilly sudah menuju parkiran mobil Niko. Begitu juga dengan Ali menuju parkiran motor bersama kekasihnya itu..
***
"Prill, kamu satu sekolah sama Ali juga?" Tanya Niko penasaran
"Iya,kenapa Nik?"
"Gapapa, bagus jadi ada yang jagain kamu" ucap Niko hanya memberi senyum singkatnya
"Iya Nik.."
"Btw, cewe tadi sebelah Ali itu siapa?"
"Oh Sinta, dia pacarnya Ali,Nik." Jelas Prilly
"Oh jadi,sekarang Ali udah gak takut sama cewe Prill,eh maksud gue.. udah berani pacaran?" Tanya Niko yang membetulkan pertanyaannya itu
"Iya udah berubah dia"
"Aku kira kamu yang bakal pacaran sama dia" pertanyaan Niko berhasil membuat Prilly tersentak dan melirik Niko
"Haha, Nik, Gue sama dia udah kayak sodara jadi mana mungkin" Prilly membalasnya dengan apa adanya
"Hm, nobodys know gonna what happen,Prill. Oiya pril, sabtu besok ada acara?" Niko tersenyum membalas jawaban Prilly
"Engga Nik. Kenapa?"
"Aku mau ajak kamu ke bandung ke kedai aku prill" ajak Niko.
"Oh gitu Nik, nanti gue kabarin deh ya bisa atau gaknya."
"Oh okedeh, kamu tulis kontak hp kamu aja tuh dihp ku. pass locknya Stela. Jadi nanti bisa aku kabarin kamu lg"
"Udah Nik" Prilly berfikir, mungkin Stela itu kekasihnya. Ah sepertinya Prilly tidak memperdulikan hal itu.
Tak lama sudah sampai di depan rumah Prilly.
"Makasih banyak ya Nik" Prilly pun membuka knop pintu mobil Niko dan bergegas keluar.
"Iya sama sama Prill"
"gue masuk dulu" Ucap Prilly dan Niko membuka jendela dan tersenyum mengiyakan.
Niko segera memutar mobil dan berlalu dari rumah Prilly.
Ketika Prilly ingin membuka pintu,ia di kagetkan dengan suara motor yang masuk ke halamannya..
*Tinnnnn*
"Ali.." Seru Prilly melihat motor Ali
"Heh, pipi bakpao" Teriak Ali sambil memarkirkan motornya dihalaman rumah Prilly. Ali segera membuka helm dan menaruh di jok Motor nya itu. Dan menghampiri Prilly yg masih mematung.
"Omg, heh Lentik ngapain lo kesini?"
"Enak aja lo, manggil lentik2. Emang eyke apaan?!!" Tegur Ali sembari bercanda
"Emang lentik tuh bulu matanya! Gue aja kalah" Ledek Prilly sembari duduk di kursi teras dan membuka sepatu ketsnya.
"Ini mah pake bulu mata palsu cyin! Makanya beli juga dong cyin!" Ali mengerdik tangannya seperti berlaga perempuan.
Prilly yang melihatnya geli.
"Hahah Najong tralala deh Li. Semoga keterusan" Prilly pun tertawa ceria melihat Ali.
"Hush, amit-amit deh Prill. Ih merinding gue bayanginnya" Ali pun menyudahi bercandannya itu. Sepertinya Ia takut keterusan. (Cucok)
"Btw, lo ngapain Ke sini?" Prilly pun menanya serius.
"Menurut lo? Emang gak boleh? Gue cuma mastiin lo pulang selamat"Tanya Ali melirik
"Ya boleh lah! Duhilah, ini gue utuh kok pulang dengan selamat" Prilly pun membalasnya sembari melirik Ali
"Terus tadi Niko gimana?"
"Gimana apanya?"
"Maksud gue.... dia gak ngapa-ngapain lo kan?"
"Heh sompret, lo mah nethink mulu. Gue bakal bilang kok kalau dia ngapa-ngapain gue." Jelas Prilly meyakinkan sahabatnya itu.
"Ohiya harus!!! Terus lo ngobrolin apa aja di mobil?" Harus banget ya Ali seposesif sampe kayak gini. Batin Prilly.
"Hm,mau tau aja apa mau tau banget?" Prilly pun meledek Ali yang sedang penasaran sembari memeletkan lidahnya dan Prillypun langsung masuk ke dalam rumahnya dan meninggalkan Ali yang masih duduk di bangku tersebut.
"Prilly!!!! Pipi bakpao!! Awas lo ya!" Teriak Ali sembari berlari kecil masuk kerumah Prilly dan menghampiri Prilly menuju teras belakang.
"Sue lo! Capek gue!Hosh..hosh" Tegur Ali sambil diam dan duduk di kursi kayu tepat di Gazebo belakang.
"Hahah, emang enak!" Prilly pun juga duduk disebelahnya.
"Niko gak ngomong apa2 kok. Cuma dia ngajak ke bandung" Jelas Prilly jujur kepada sahabatnya itu
"Ha? Ngapain?!" Teriak Ali kaget mendengarnya.
"Dia ngajak gue buat liat kedai nya disana" Balas Prilly enteng sambil berdiri dan menyilangkan kedua tangan di dadanya.
"Terus lo mau??" Tanya Ali penasaran..
"Gue belom bilang bisa atau engganya. Makanya tadi dia minta kontak hp juga biar nanti bisa kabar2an."
"Hm itu mah dia Modus prill!" Ali langsung sewot dan membalas sperti itu.
"Masa? Ya kalo lo gak izinin sih gue gak bakal pergi. Tapi.. kalo lo izinin gue bakal..." belum selesai Prilly menjawab, tetapi Ali sudah berbicara duluan.
"Gue izinin!" Tegas Ali tanpa pikir panjang.
"Yakin? Tapi kok gue yakin yah?" Prilly berbalik badan dan melirik tajam mata elang Ali.
"Ya, gue izinin. Asal.. gue juga ikut" Ali pun mengizinkan tetapi ya memang ada syaratnya. Mana mungkin, Ali membiarkan sahabatnya pergi tanpanya. Dari dulu juga ngga pernah bisa.
"Hm, tuhkan pasti deh ada embel2nya!" Prilly memutar bola matanya sudah tau kebiasaan Ali.
"Hahah, iya lah harus pipi bakpao!!" Ali mendekat dan mencubit gemas pipinya yang memerah seperti tomat itu. "Lo kan tau gimana gue. Masih inget sama kata2 gue dulu kan? Jangan pernah pergi sendiri apalagi sama cowok... " sambung Ali. Dan dengan cepat Prilly menjawab. "Tanpa Aliandra Syahreza" Prilly mengerucutkan bibirnya sambil duduk di kursi kayu tersebut. dan Ali menatapnya tajam dengan senyuman mautnya itu.
Bayangkan saja. Dari dulu memang saat Prilly bertemu atau pergi dengan cowok lain selain Ali, Ali selalu ikut mengawasi dirinya. Makanya, Prilly malas untuk dekat cowok lain. Pasti bakal ribet gini. Hm ya walaupun Prilly tau. Bahwa Ali begini, karna dia yang emang posesif sama gue. Dan sekarang terjadi lagi. Batin Prilly.
-----------------------------
Jgn lupa votement ya guys
Maaf kalo belum dpt feelnya huhu.
Makasih guyss
Advertisement
- In Serial59 Chapters
The Silver Mana - Book 1: Initiate
I used to be a healthy, young guy with a normal life - I had a career planned in professional soccer, a girlfriend, lots of hobbies, and loads of fun. Until the accident. Which changed my life. A few years later I had adjusted to my new reality, adjusted to being in a wheelchair, adjusted to having someone take care of me 24/7. And then the world changed. Old people and kids did not make it. And neither was I supposed to make it. But never count me out. If anything, I am tenacious. This new world was different. People could do magic. And there were monsters. And what about me? I had mana as well, silver mana. Which no one else seemed to have. The only problem was, I did not know what to do with it. Until I really needed to. Author's note: This is the rewrite of Silver Mana. The first bunch of chapters (until I will have caught up to level 2 of the dungeon) should be quite familiar to people that have read the original. There are some changes in content, but the story follows the original fairly closely for at least the first 150-200 pages. Most of the changes are in the writing, and some of the details of how things work. A few of the side characters get a bit more attention too. Some general comments to avoid disappointment: 1. The MC likes to swear. If you object to reading the word "fuck" at least once and usually multiple times each chapter don't read the book. "Fuck" is such a great, allencompassing word... fuck that; what the fuck?; fuck me! Fuck! one word, expressing so many nuances. And, frankly, the people I know that use fuck as a swear word.. they often use it a lot. 2. If you are looking for immediate progression, rapid advancement of the story, etc.... read another book. This one takes a bit. 3. I am NOT Pirateaba (who is writing The Wandering Inn) or anyone close to that level of productivity. If you expect to read 10k words every 3 days, or even just once a week... sorry. I've got a busy life. This is for fun, I have no patreon, paypal, anything, so I write when it is fun and however much is fun. Not more. And sometimes that turns out to be a decent amount, sometimes nothing. I have another book (Marrow) so that complicated things - basically I switch between the two whenever the muse strikes me.
8 237 - In Serial102 Chapters
Acacia Chronicle
Elena de L'Enfer is a Lich, an eternal, ancient and bloodless fiend. Once an elven teenager, she is an immortal sorcerer ascended from the invocation of dark magics from another era, by the blessing of gods long dead to the world. She is now, like many before her, a Vizier of the Eye in service to her enigmatic (and sometimes very whimsical) mistress, Nhaka Mezalune. It is the duty of a Vizier of the Eye to do battle against the enemies of the Empire, be they humans, elves, or eldritch horrors far beyond even the darkest fathoms of the gods. That by her hand, the world of Melodia and the Empire of Arcadia might endure.
8 227 - In Serial10 Chapters
LAST FEAST
The Red Dragon Empire has been the most powerful aggregate in the Burning Grasslands of the West. They summon talented individuals from another world. When passing through the summoning gate the beings will turn back into a child without memories. Sometimes they will make a mistake and the summoned being will have a defect. Blind, deaf, crippled, deformed, cannot manipulate mana and have unknown diseases. They can detect if the body isn’t in perfect condition. The discarded children wander around this unknown land until finally meeting their end. When luck strikes two people will come out of a single gate. They performed the ritual again and two people came out, one was in splendid form, and the other was twitching his shoulders, neck and saying words that’s foreign to the summoners. “Cream puff tiddy licking!” They marked Rus as a defect. With no knowledge, money, home and friends he must reclaim what’s rightfully his. Being snatched away from his world he remembers the difficulties of his life. The Red Dragon Empire just took away everything from the Boss of Tessaro Familia. With a smile that’s comparable to the ruler of hell, Rus whispered to himself. “Seventh rule of The Family: Always return favors.”
8 204 - In Serial99 Chapters
World of Six Civilizations
Is death a sad ending for one who is destined to lead a mediocre life? When our hero dies in an accident after a boring working day, he gets the chance to be reborn as a completely different person. He belongs to a race he had only read in fantasy stories before, and the mishaps do not stop there. Nafız, who has come to miss even the mediocre days in her previous life, attains the power she desires with the help of the webs woven by fate. Of course, great power meant a great price to pay, and this event that would upset all balances on the continent would change the lives of many. The story of Nafız, who passes like the wind over the World of Six Civilizations, begins.
8 212 - In Serial18 Chapters
The Final Siege Crisis
In year 2041 the Modern country of the Philippines has been transported in an unknown new world where a medieval era Magic and fantasy exist. How the Philippines would survive on this new hostile world and searching for Agricultural food supplies and other resources for the use of the modern era Philippines.Is the Diplomatic relationship with the other countries will saved them or it will just reign chaos in the other countries? The battle where Supersonic Fighter Jets vs a Wyvern and a Dragon, A Modern missile guided frigates vs a wooden Cannon and ballista equipped warship. A Main battle tank (MBT) vs a 10 feet high hard scale fire breathing Tortoise and other unknown entities in this new world.The Battle for survival in unknown new hostile world.
8 185 - In Serial16 Chapters
Red and White's little conversation corner (Side-story)
''Hi! I'm Red :D'' [And I'm White...] ''It's nice to have you all read our conversations :)'' [It's not.] ''It is.'' [IT'S NOT!!] ''YES IT IS!'' [NO IT'S!!....oh we're still typing...] ''So......this goes into the description or not'' [Your choice] ''Fuck it...it's going in'' [Welcome......to a shit show] ''Imagine the jurassic park music with that :D'' [Oh my god that'd be awesome] ''...we're still on the description...'' [Oh...to the story now] ''Oh right....I...we can't update this as regularly as the other story so....just read the other one while you wait it's RE: Books.''
8 81

