《[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck》52
Advertisement
" Aarkh..."
Mark mengerang kesakitan kala Jeno mengompres pelan perutnya dengan kain hangat. Mark bahkan beberapa kali menyeringit pasalnya rasa ngilu yang muncul itu benar benar sakit.
Jeno yang melihat kondisi temannya itu hanya bisa menatap sedih sekaligus kesal. Sudah hampir satu minggu lebih lamanya temannya itu dengan berbaik hati memberikan tubuhnya untuk dihamtam oleh Jihoon. Jeno ingin membantu Mark saat tau kejadian itu, tapi Mark bilang untuk tidak ikut campur.
" Haechan belum tau juga?" Tanya Jeno masih setia mengompresi perut Mark di ruang UKS
" Belum.. dan kalau bisa dia ngga tau..." Jelas Mark sambil menahan sakit.
Jeno hanya bisa menghela nafas pasrah, pasalnya saat itu Jeno sudah memaksa Mark untuk menceritakan kenapa hal ini bisa terjadi, tapi Mark selalu menolak dan mengatakan untuk masalah kali ini hanya dia yang bisa menyelesaikannya.
" Haechan ya?" Tanya Jeno
Mark awalnya hanya diam menatap Jeno, kemudian ia menanggukkan kepalanya pelan
" Karna rumor itu?" Tanya Jeno lagi
Mark menghela nafas panjang dan menundukkan kepalanya, ia tidak tau harus menjawab bagaimana, karena jawabannya tidak bisa hanya dijawab dengan gelengan ataupun anggukan Mark harus menjelaskan semuanya agar Jeno tidak salah paham.
" Baiklah... jika itu menyangkut harga dirinya aku tidak akan bertanya... tapi sampai kapan kau akan seperti ini hm?"
" Entah lah... sampai lulus mungkin?" Mark mendelik bahunya pelan
" Mark kau jangan gila! Aku tau kau kini berusaha melindunginya tapi kau juga punya batasannya. Kau mungkin bisa menahan semuanya hingga lulus nanti, tapi tubuhmu tidak Mark..."
Mark hanya menunduk pasrah ia pun tau, bahkan kini tubunya dipenuhi lebab dan ruam.
" Dan lagi... sampai kapan kau bisa merahasiakannya dari Haechan? Dia pasti marah besar jika tau hal ini... aku bukannya menakuti, tapi cepat atau lambat, Haechan pasti tau"
" Iya... aku tau... tapi hanya ini yang bisa ku lakukan Jen... "
" Jangan menyerah seperti itu dulu... pasti ada jalan keluar lain..." Jeno menepuk pelan pundak Mark menyemangati
Mark juga sudah memikirkan jalan keluar lain, bahkan Mark berniat untuk membunuh Jihoon tapi ia tau itu bukan suatu solusi yang bagus untuk menyelesaikan masalah ini.
Advertisement
" Sudah lah... aku akan membantumu dengan menyibukkan dirinya dengan tugas tugas dari guru, percayalah padaku... pasti ada jalan keluar lain..."
" Thanks bro.... " Jeno hanya mengangguk pelan dan kembali mengompres lebab di badan Mark
Drrt drrt
Mark meronggoh sakunya ketika merasakan ponselnya yang bergetar, dengan sedikit mengerang ia pun mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan telfon dari ayahnya
" Iya ayah... ada apa?" Tanya Mark
" Nak kamu lagi di kelas? apa gimana?"
" ngga kok yah... lagi jam kosong ...kenapa?"
" Johnny.... meninggal dunia..."
Mark terdiam kala mendengarnya, jantungnya seolah berhenti berdetak, bahkan badannya seolah melayang. Akhirnya hari yang sangat Mark takutkan datang juga.
" Siapa yang bisa mengerjakan soal ini ke depan?" Tanya Taeil di tengah mengajar kelas matematika
" Saya Sssaem !" Haechan menunjuk tangan dengan cepat
" Duh.. selain Haechan ada? masa dia lagi dia lagi kalian ngga bosen apa? Ayo! Soalnya ngga susah"
Haechan pun berdecak kesal sambil memanyunkan mulutnya dan menurunkan tangannya perlahan
" Ngga ada nih? Ck.. kalian itu bener bener yaa ... yaudah Haechan kerjain sana"
Haechan pun tersenyum girang bangun dari kursinya dan berlari kecil mengambil kapur dari tangan Taeil. Ditengah -tengah Haechan mengerjakan soal di depan kelas seseoarang mengetuk pintu kelasnya
" Ya... masuk" Teriak Taeil dari dalam.
Haechan pun menelirik kearah pintu kala mendengar suara pintu di buka, ternyata itu Mark.
" Ya Mark ada apa?" Tanya Taeil sedangkan Haechan masih sibuk dengan soalnya
Mark hanya diam mematung di depan pintu, menundukan kepalanya sambil beberapa kali menghela nafasnya, melihat hal itu Taeil pun menghampiri Mark sedikit khawatir
" Kau kenapa Mark? Ada apa?"
" Haechan... aku ingin bicara dengan Haechan sebentar" Cicitnya pelan
Mendengar hal itu, Haechan pun menghentikan kegiatannya dan menghampiri Mark.
" Ya kenapa Mark?"
Mark hanya diam masih menundukkan kepalanya, kemudian menatap Haechan dengan mata berkaca kaca
" Hey... kau kenapa ? Ada apa?" Tanya Haechan sedikit khawatir sambil mengelus pelan lengan Mark
" Pa...Paman.... " Cicit Mark hati hati sambil terus menatap Haechan.
Advertisement
Haechan pun semakin khawatir dan panik dibuatnya
" Ayah kenapa? Ayah baik baik aja kan? iya kan?!" Tanya Haechan sedikit panik
Mark melihat itu menjadi semakin sedih, ia pun kembali menudukkan kepalanya
" Mark jawab aku! Ayah baik baik aja kan! Iya kan?!" Entah kenapa air mata Haechan ikut mengalir
Mark beberapa kali menghela nafasnya panjang, kemudian menatap Haechan lekat lekat dan menggeleng pelan
" Paman sudah pergi....." Cicit nya pelan
Haechan yang mendengar itu melangkah mundur perlahan sambil menggelengkan kepalanya
" Ngga mungkin... kamu bohong... kamu lagi becandain aku kan! Iya kan?!" Haechan sedikit membentak dan isak tangisnya pun mulai keluar
" Haechan-ah...." Panggil Mark pelan
" Ngga mungkin.. semalam ayah masih ketawa di telfon... ngga...hiks... ngga mungkin... hiks.. hiks.. kemarin ayah bilang kondisi dia makin baik.... bohong kan! bohong!" Haechan menggelngkan kepalanya sambil menutup telinganya
" Haechan-ah...."
" Nggak! hiks.... huaa.... ayaah... hiks... ngga mungkin.... aaaa.... ayaaah... hu..hu..hu... ayah.... "
Tangis Haechan terduduk di lantai, Mark yang melihat itu langsung mendekapnya dan mengelus pelan. Sedangkan Haechan menangis meraung raung dalam pelukan Mark.
Johnny terbaring kaku di atas tempat tidur, tubuhnya dingin sebeku es, bibirnya bahkan membiru. Kulitnya putih pucat. Tidur dengan tenang diselumuti dengan kain putih di ruangan dingin bertuliskan kamar mayat. Haechan masih setia mememeluk tubuh Ayahnya, menyamankan kepalanya di dada ayahnya.
" Astaga... tubuh ayah dingin banget... ayah kedinginan ya? pakai ini ya? hm?"
Haechan dengan cepat membuka jas seragam sekolahnya, kemudian menutupi tubuh Johnny dengan jas itu.
" Udah hangat belum? belum? Echan peluk yaa?"
Haechan pun memeluk ayahnya dengan kuat
" Udah panas kan? Ayah ngapain di sini....kita keluar yok... ayah mau main basket kan? Hm? Kita janji mau ke disneyland kan? Yuk... sekarang yok.. echan bisa bolos hari ini... hm?"
Sambil memeluk tubuh Johnny dengan kuat, Haechan sedikit menggoyang goyang kan tubuh Johnny.
" Ayah ayo bangun... hiks...udah siang... ngapain tidur... ayo kita main ke taman yok? Hm? Ayah bangun hmm? hiks...."
Mark dan Jaehyun yang melihat itu tak kuasa menahan air mata mereka, rasanya sangat sakit, mengilukan hati siapapun yang melihatnya.
" Ayok kita keluar ayah... di sini dingin.. echan ngga suka.. hm? Ayok kita ketaman..."
Haechan mengusap air kasar air matanya, kemudian dengan cepat menggenggam tangan ayahnya. Haechan sempat terdiam, pasalnya tangan itu benar benar dingin, tidak seperti biasanya saat ayahnya menggenggam tangannya dengan sangat hangat.
Ketika baru tiga langkah Haechan melahkahkan kakinya, genggeman tangan ayahnya terlepas, Haechan pun berbalik menatap tangan Johnny yang terkulai lemah jatuh di samping ranjang tak ada tenaga, tangan itu menggantung bebas.
Melihat hal itu Haechan tak kuasa menahan isak tangisnnya, ia pun menggelengkan pelan kelapanya terduduk dan menangis meratap. Mark yang melihat itu ingin menghampiri Haechan, tapi Jaehyun menahannya dan mengatakan biarkan Haechan melepas perasaannya.
Setelah cukup lama Haechan menangis, ia mengusap air matanya dan berjalan menghampiri dokter ayahnya yang sedari tadi juga berada di ruangan itu.
" Kau kan dokter! Kalian pintar kan! Kalian sekolah susah payah! Kenapa tidak bisa menyelamatkannya! Kenapa?!"
Kesal Haechan sambil memukul mukul dada dokter itu. Dokter itu hanya terdiam menunduk tampa melawan, menghindar ataupun marah sedikitpun, ia sudah biasa berada dalam situasi ini, 30 tahun bekerja sebagai dokter, baginya pukulan ini tidak menyakiti tubuhnya sedikitpun.
" Kau tidak bekerja dengan baik kan! hiks.. kenapa?! Kenapa?! Aku sudah membayar mu mahal! Kami yang menderita! Kenapa?! Dasar pembunuh! Mati saja kau! Dokter bodoh! Pembunuh!" Kesal Haechan lagi
Mark dengan cepat menahan tangan Haechan, pasalnya Haechan benar benar memukul dokter itu dengan kuat.
" Haechan-ah... sudah sayang... sudah... kau harus merelakan ayah mu..." Titah Mark berderai air mata
" Lepas! Kenapa kau membela pembunuh ini ha?! Mark lepas! Dia membunuh ayah ku! Panggil polisi! Mark!"
Haechan menangis memberontak, Mark pun menarik tubuh Haechan membawanya kepelukannya dan mendekapnya dengan kuat.
" Sudah sayang.... sudah... maafkan aku... maafkan aku...."
Mark mendekap Haechan dengan isak tangisnya setia mengelus pelan kepala Haechan. Haechan memberontak, berusaha melepaskan pelukan Mark, tapi saat ia mendengar isakan tangis Mark dan Jaehyun, ia pun perlahan tenang.
" Hiks.... hiks... ayah.... huaaa....hu..hu...hu... ayaaah...."
Haechan pun menangis kembali menangis meraung raung di dalam pelukan Mark. Jika sebelumnya dalam tangisannya ada amarah dan kebencian, tangisannya yang sekarang lebih tenang. Mark hanya bisa ikut menitikkan air matanya, sambil terus mendekap tubuh Haechan dengan kuat dan mengelus kepalanya.
Advertisement
- In Serial655 Chapters
The Legendary Moonlight Sculptor (LMS)
The man forsaken by the world, the man a slave to money and the man known as the legendary God of War in the highly popular MMORPG Continent of Magic. With the coming of age, he decides to say goodbye, but the feeble attempt to earn a little something for his time and effort ripples into an effect none could ever have imagined. Through a series of coincidences, his legendary avatar is sold for 3 billion won, bringing great joy to him, only to plunge him into despair at losing almost all of it to vicious loan sharks. With revelation of money through gaming, he rises from the abyss with new found resolve and steps forward into the new age of games led by the first ever Virtual Reality MMORPG, Royal Road. This is the legend of Lee Hyun on his path to becoming Emperor with only his family loving heart, his boundless desire for money, his unexpected mind, his diligently forged body and the talent of hard work backing him.
8 310 - In Serial70 Chapters
Law Of Karma
Yu Xiang had the good fortune of being reborn in this new world into a strong Sect. Now a fledgling Cultivator of his own, he seeks to go as far as his legs and soul will take him, hopefully causing the least amount of pain and misery possible to his fellow cultivators and mortal people alike. After all, with flying swords, reality-bending masters, and giant spiritual beasts running around, who knew if Karma was a thing here? Better to hedge his bets and be on his best behavior. If only it were that easy... ______________________________ Updates on Sundays. English isn't my first language so feel free to point out any weird sentences, or errors.
8 155 - In Serial27 Chapters
Countdown to Inferno
"Everybody wants to rule the world... even if it's a destroyed one." Three great powers divide the known world. One of them is on track to offset this power balance as it seemingly undertakes the grand task of unifying the world. After 100 years of brutal economic, military, political, and even religious campaigns, the Republic of Dalreida has achieved a vast empire stretching from the Cargan Ports to the Aramathian Desert. May they be gods and goddesses, or princes and princesses, the rising republic has embarked on depriving nation upon nation of self-governance. In the midst of all these, Dalreida's primary personality, Lord Piso, has been serving as the republic's dictator for six years. Entering his seventh year in office, he shocked allies and enemies alike with a hazy calendar reform. Along with it is a pledge to pass on the reins of power after the so-called "longest term." Then again, to whom will it be passed? Or will it be passed down at all? With so much at stake during the "longest term," what does Piso's gamble entail for Dalreida and the world? Will it bring heaven on earth? Will all hell break loose instead? Or something else in between to purge the world of everything it ever had? The Countdown to Inferno has begun. ***** Countdown to Inferno by Al Raposas Planning Commenced: 28 January 2019Writing Commenced: 20 February 2019Book 1 Announced: 3 August 2019 Original Run: 20 January to 10 February 2020 Royal Road Run: 14 July to 28 July 2021 Author's note: Original work. This is my first shot at a fantasy novel, so please, please be gentle and enjoy reading! Cover art is not mine. Peak rank in category: Second (2) 1st place, Gemstone Awards (Fantasy)1st place, Love Yourself Awards (Mystery/Thriller Category)2nd place, Chaos Awards (Mystery/Thriller Category)
8 188 - In Serial83 Chapters
Last Man
Nikodemus is the Last Man on a planet that resembles earth. He spends his days being hauled from female tribe-to-female tribe, as they fight over him in an effort to preserve the human race. All female tribes worth their salt have at least one mutant at beck-and-call, who are the smartest creatures on the planet and are used to program robots who assist in capturing the Last Man. The tribes aren't the only thing to fear in the desert; there are also viscous scorpion creatures lurking out on the sands. Perhaps the only thing more deadly then then the demons living in the Wasteland, are the demons living inside Nikodemus. Can he fight them off and see the worth in humanity after experiencing the worst of it for all forty-five years of his life?
8 111 - In Serial51 Chapters
Time Walkers
[IMPORTANT] I'm currently placing this novel on an indefinite hiatus. I want to get back to it, but I just don't really have the time. Also, if I do ever get back to writing this, I'll be rewriting the entire story with better planning and plot. You can read what's published if you want. Just know it stops at a pretty awkward place :/ *** What could you do if you found out you could time travel—no catches and no drawbacks?Go back in time to fix a mistake? Pass the night in a second? Run through the finish line as fast as a car?Damien had the ability to do all this and more, but before he could even learn to control this power, he was introduced to the second temporal dimension. Thrown through several worlds of the multiverse, he finds that in reality, anybody could manipulate time.This is the story of a boy from a world where time travel is only a fantasy, the travels of an adventurer who visited thousands of worlds, and the growth of the first being who obtained control of all time.
8 192 - In Serial17 Chapters
RPG Nightmare
On Jan. 1st of 2017, the entire world learned of the existence of the SYSTEM, whether by cellphone, television or the monster chewing their hand off. Thrown into disarray, the world immediately collapsed and fell into a state of anarchy. Forced to give up a carefree lifestyle and enter the world of blood again wasn’t exactly how Peter saw his life at thirty-seven. As a retired, "slightly deranged," mercenary adapting to chaos is second-nature, but what about monsters and magic? Carving out a path of blood, follow as Peter explores this apocalyptic new world. Any feedback or constructive criticism is welcome! Seriously it keeps me going.
8 156

