《LOVENEMIES [END]》10 - Sebuah Rencana
Advertisement
Bae Sooji ditempatkan di salah satu asrama yang baru dibangun. Setiap kamar asrama dapat menampung empat orang dan memiliki AC dan kamar mandi yang luas. Selain dirinya, dua orang lainnya sudah pindah ke asrama ini terlebih dahulu. Lee Jieun dan Park Jiyeon mengambil jurusan pertanian. Teman sekamar terakhir Bae Sooji, Jung Soojung, juga mengambil jurusan ilmu kedokteran hewan. Sayangnya, gadis itu belum datang. Sooji curiga bahwa gadis itu mungkin tidak dapat menerima kenyataan bahwa dia berada dalam ilmu kedokteran hewan dan akhirnya pulang ke rumahnya untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk universitas tahun selanjutnya.
Ketiga teman sekamar yang sekarang semuanya berasal dari provinsi yang berbeda. Setelah kembali ke asramanya malam itu, Sooji mulai mengobrol dengan Jieun dan Jiyeon dan masing-masing bergiliran menceritakan jurusan mereka. Setelah mendengar Sooji mengambil jurusan ilmu kedokteran hewan, kedua gadis itu menghiburnya, mengatakan bahwa jurusan ilmu kedokteran hewan memiliki banyak potensi setelah lulus. Misalnya, seseorang dapat menjadi dokter hewan, membuka klinik hewan peliharaan atau memasuki organisasi kesejahteraan hewan, yang semuanya merupakan pekerjaan yang cukup baik. Ketika dia mendengarkan itu, Sooji berpikir bahwa bagaimana bisa ayahnya berpikir bahwa ia hanya bisa memproduksi susu dari seekor induk babi? Apa saja yang telah dilalui oleh lelaki tua itu sehingga dia bisa berpikiran seperti itu?
Malam itu, Sooji akhirnya tertidur. Dia bermimpi memiliki masa depan yang cerah. Ketika dia bangun keesokan paginya, ada gadis lain masuk ke kamarnya.
Gadis itu memiliki tinggi sekitar 1,6 m, kurus dan memiliki kulit yang sangat pucat. Rambutnya yang panjang dan cokelat gelap menutupi bahunya.
Gadis itu baru saja melangkah ke dalam ruangan dan meletakkan dua buah koper besarnya. Dia menoleh dan segera melihat Sooji yang sedang menatapnya sambil berbaring di ranjangnya. Dia tersenyum pada Sooji. "Hei."
Nada suaranya sangat lembut.
Sooji hampir meleleh. Dia dengan cepat bangkit dan membalas sapaan gadis itu,"Halo. Kau pasti Jung Soojung. Aku pikir kau tidak akan datang."
"Rumahku cukup dekat dari sini. Itu sebabnya aku tidak datang kemarin."
Keempat teman sekamar itu secara resmi berkumpul bersama untuk pertama kalinya. Jieun menunjuk ke koper besar Soojung dan bertanya,"Apa kau membawanya sendiri?"
Soojung sontak menggeleng. "Tidak, aku bertemu seseorang yang baik hati dalam perjalananku ke sini."
"Kenapa aku tidak bertemu seseorang seperti itu? Itu pasti karena kau cantik," keluh Jiyeon.
"Yah, jika orang itu laki-laki, tidak peduli apa dia tinggi, pendek, gemuk, kurus, tua, muda, tampan atau jelek, panggil saja dia "tampan" dan dia kemungkinan besar akan berubah menjadi orang yang baik hati."
Sooji berpikir bahwa saran Soojung cukup lucu. Dia melirik gadis itu sekilas sebelum ide cemerlang muncul dibenaknya. Dia kemudian memutuskan untuk menelepon Kim Jongin.
"Tampan," panggil Sooji saat pria itu mengangkat panggilan teleponnya. Tak mendengar balasan dari si pemilik nomor, Sooji kembali berseru,"Tampan."
Advertisement
"Bos, apa yang salah denganmu? Jangan seperti ini. Aku takut. Panggil saja aku paman. Jika kau tidak mau, kau juga boleh memanggilku bajingan."
Bae Sooji menekankan tangan ke dahinya. "Hentikan omong kosongmu. Antarkan sarapan untuku."
"Siap, Bu."
Kim Jongin memenangkan hadiah sepeda putih saat mengisi ulang pulsa ponselnya kemarin. Desain sepedanya lebih ke arah imut dan menawan dan bentuknya kecil.
Jongin mengendarai sepedanya ke pintu masuk gedung sains pertanian, tempat ia mengantarkan sarapan untuk Sooji.
Soojung berdiri di samping Sooji. Dia memperhatikan Jongin dengan seksama sebelum akhirnya diam-diam bertanya pada Sooji,"Kekasihmu?"
Gadis itu sengaja menurunkan nada bicaranya, tapi Jongin masih berhasil mendengarnya. Dia memberi isyarat pada Soojung dengan jarinya. "Teman, datanglah ke sini."
"Hah?" Soojung berjalan ke arahnya.
Jongin menatapnya dengan tegas. "Lihat mataku."
Soojung sedikit bingung, tapi masih melakukan apa yang diperintahkan.
"Apa aku terlihat buta sehingga aku mau berpacaran dengannya?"
Sooji awalnya mencoba mencari tahu apa yang dibawakan Jongin sebagai sarapannya. Mendengar perkataan pria itu, dia langsung mengangkat kaki dan mengambil posisi untuk menendang Jongin. Dengan cepat, Jongin melompat ke sepedanya dan segera melarikan diri dengan tergesa-gesa seperti seekor anjing gila.
Dia berteriak kencang. "Bos, ayo kita makan siang bersama!"
Sooji menghadiri pelajaran dengan Soojung dan melihat tulisan tangan gadis itu secantik dan selembut orangnya. Dengan penampilan Soojung yang lunglai, perilaku yang lembut dan cara bicara yang halus, Sooji merasa bahwa Soojung adalah seorang wanita yang sangat polos.
Kesan ini kira-kira hanya berlangsung selama empat jam, sampai jam makan siang.
Saat makan siang, Soojung membeli sosis bakar dan dua bola talas goreng. Dia meletakkan sosis di tengah piringnya dan mengatur bola talas di ujung sosis, satu di setiap sisinya.
Ini adalah bentuk yang bisa ditemukan dalam buku pelajaran biologi. Bentuknya seperti alat kemaluan pria.
Rahang Bae Sooji hampir jatuh melihatnya.
Jongin yang duduk di samping Sooji diam-diam mengiriminya pesan.
Bos, aku pikir teman sekamarmu orang yang aneh.
Diam, kau.
Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya mengetik.
Bos, aku sebenarnya lebih mengkhawatirkan keselamatanmu sekarang.
Oh, tunggu, apa yang aku takutkan? Bosku adalah bos dari semua bajingan. Apa yang perlu dia takuti dari gadis itu?
🤬🤬🤬
Sooji sontak menginjak kaki Jongin.
Sooji merasa bahwa Soojung pasti secara tidak sengaja melakukan ini dan karenanya dengan diam-diam memperingatkannya.
Soojung, ada p***s kecil dipiringmu.
Ini bukan p***s kecil, ini p***s besar ✌️
😶😶😶
Setelah makan siang, Sooji dan teman-temannya tak sengaja melihat pemberitahuan rekrutmen di papan buletin di luar kantin. Papan buletin itu dipenuhi dengan pemberitahuan berwarna mencolok.
Pemberitahuan itu memberitahukan tentang perekrutan pekerja paruh waktu untuk gelanggang es dalam ruangan di universitas mereka. Para mahasiswa dan mahasiswi akan dibayar setiap jam dan juga bisa berseluncur es secara gratis.
Advertisement
Mata Sooji menyala ketika ia membaca baris terakhir itu. Dia memegang dagunya dan tersenyum. "Ini cocok untukku."
"Bos, apa kita akan mendaftar untuk ini?"
Sooji baru saja akan berbicara ketika orang asing memotongnya. Gadis itu memandang mereka dan bertanya,"Apa ini tahun pertama kalian?"
"Ya. Kenapa?"
Senior mereka menunjuk ke pemberitahuan rekrutmen tersebut. "Lupakan saja ini. Kalian lebih baik mencari pekerjaan paruh waktu lain sebagai tutor atau staf layanan di restoran atau kafe sebagai gantinya."
"Kenapa?"
"Jika kalian ingin mendaftar di gelanggang es, persaingannya sangat ketat. Kalian membutuhkan koneksi untuk masuk. Apa kalian memilikinya?"
Mereka bertiga sontak menggelengkan kepala bersamaan.
Sooji bingung. Dia dengan cepat memeriksa,"Mengapa banyak orang yang ingin mendaftar? Gaji pekerjaan ini tampaknya tidak setinggi itu."
"Kau tidak mengerti. Mereka yang bekerja di gelanggang es dapat melihat anggota tim hoki es sekolah. Apa kalian pernah mendengar tentang mereka?" Gadis bertubuh mungil itu tersenyum miring. "Pria paling menarik di sekolah, semuanya berkumpul di sini."
Sooji agak kecewa. Dia mengerutkan bibirnya dan menggerutu,"Tapi aku benar-benar ingin berseluncur es gratis."
"Bos, kenapa tidak kita coba saja? Lagi pula, kita tidak akan dikenai biaya apa pun jika kita mencobanya."
Ketiganya lalu pergi untuk mengunduh dan mencetak formulir di aplikasi universitas. Untuk menarik perhatian perekrut dan menunjukkan ketulusan mereka dalam melamar, mereka memutuskan untuk mengisi formulir dengan tulisan tangan dan melampirkan foto mereka.
Jongin memiliki tulisan tangan terbaik di antara mereka bertiga. Dengan tulisan tangan inilah dia mengamankan nilai-nilainya di esai ujian masuk universitas.
Karena itu, Sooji menyerahkan formulir aplikasinya pada Jongin. Dia mendiktekan pada Jongin dan pria itu mulai menulis apa yang Sooji diktekan padanya. Melihat formulir Sooji, Jongin mulai mengejeknya,"Juara pertama di kompetisi seluncur cepat di kota? Secara pribadi penghargaannya diserahkan oleh walikota? Itu terlalu sombong. Bos, kau benar-benar berusaha keras untuk masuk ya."
"Semua itu benar. Aku tidak menyebutkannya sebelumnya karena aku ingin tetap rendah diri," balas Sooji.
Di samping mereka, Soojung tenggelam dalam pikirannya sendiri sambil menggigit penanya. Setelah mendengar kata-kata Sooji, gadis itu bertanya,"Kenapa kau tidak terus berseluncur? Aku pikir seluncur cepat jalur pendek cukup menakjubkan."
Sooji menggigit bibirnya. "Um, ada ujian masuk universitas yang lebih penting," bohongnya.
Setelah mengisi formulir, ketiganya menuju ke kantor yang terletak di lantai pertama gelanggang es. Di sana, seorang wanita muda bernama Im Yoona sedang bertugas. Orang-orang memanggilnya dengan Guru Im.
Guru Im menerima formulir aplikasi mereka dengan senyuman dan dengan santai membolak-baliknya. "Apa kalian semua siswa tahun pertama?"
"Ya."
"Jurusan kedokteran hewan?"
"Eh?"
"Jurusan kalian tidak penting," Guru Im meyakinkan mereka. "Mahasiswa dan mahasiswi tahun pertama biasanya memiliki lebih banyak waktu luang dan itu juga cukup bagus."
Mereka bertiga hanya tersenyum canggung mendengarnya.
Guru Im menempatkan formulir aplikasi mereka di atas meja. Sudah ada setumpuk lebih kertas formulir di meja tersebut.
Melihat tumpukan kertas tebal itu, Sooji curiga bahwa setiap gadis di universitas mereka sudah mendaftar.
Sekelompok orang gila. Ini pekerjaan paruh waktu, bukan pesta. Jika kau ingin bertatap muka dengan lelaki-lelaki tampan, cari saja di internet!
Sooji merasa sedikit putus asa.
Setelah ketiganya pergi, Guru Im mengambil formulir aplikasi Sooji lagi. Dia mendecakkan lidahnya dan menggelengkan kepalanya. "Tulisan tangannya cukup baik. Sayang sekali."
Sebenarnya, "Guru" Im sama sekali bukan guru. Dia adalah staf administrasi yang ditempatkan di Gelanggang Es UNK oleh Klub Hoki Es X-Dragons.
Klub Hoki Es X-Dragons memiliki kerja sama yang erat dengan UNK. Rekrutmen ini sebenarnya diatur oleh klub hoki mereka. Namun, meskipun klub hoki es adalah pihak yang merekrut mereka, mereka masih tetap harus menunjukkan rasa hormat kepada Serikat Mahasiswa UNK. Karena Persatuan Mahasiswa memiliki orang-orang tertentu untuk bagian ini, klub hoki es menyetujui saja. Lagi pula, ini hanya pekerjaan paruh waktu yang tidak memerlukan keahlian khusus.
Kuota untuk perekrutan pekerja paruh waktu hampir penuh. Pelamar tanpa koneksi pasti gagal seleksi. Prosedur pemilihan ini sedikit bertentangan dengan hati nurani Yoona, tapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa.
Saat matahari terbenam, hampir waktunya bagi wanita itu untuk pulang kerja. Namun, seseorang mengetuk pintu kantornya.
"Silahkan masuk!"
Tepat ketika pintu terbuka, dia mengangkat kepalanya dan melihat sesosok pria berdiri di luar.
Melalui garis-garis sinar matahari dari jendela, Yoona menatap sosok tegap itu. Ketika dia membuka mulutnya, suaranya sedikit tegang. Wanita itu terlalu gugup.
"De... Dewa Es. Halo."
Dengan satu tangan di sakunya dan tas punggung digantung di bahu, pria berhidung mancung tersebut mengambil langkah panjang ke kantor. Setelah mendengar ucapan Yoona, dia memberikan gumaman dan berkata,"Aku di sini untuk mengambil paketku."
"Oh," Yoona buru-buru bangkit dari kursinya dan pergi mencari paket yang dimaksud sang Dewa Es.
Saat mengambil bungkusan itu, pria tampan itu mengucapkan terima kasih, membuat wajah Yoona memerah. "Sa... Sama-sama."
Berbalik, pria tampan itu baru saja akan pergi ketika mata elangnya dengan santai menyapu area itu dan memperhatikan tumpukan formulir di atas meja.
Penglihatannya yang sangat bagus memperbesar kolom nama lembar atas, dimana dua kata "Bae Sooji" tertulis.
Ia sudah melangkahkan kaki panjangnya, hendak keluar dari ruangan tersebut, namun niat itu diurungkannya.
Ia mengulurkan tangannya yang besar dan panjang, lalu mengambil formulir aplikasi.
Yoona diam-diam mengintip dari samping dan merasa bahwa ekspresi Dewa Es sedikit aneh. Aneh tapi tetap sangat tampan.
Setelah melihat formulir tersebut, ekspresinya yang tidak dapat dipahami tiba-tiba melembut. "Ah..."
Dia kemudian menjentikkan formulir aplikasi dengan jari-jarinya, senyum tipis di wajahnya. "Gadis ini milikku."
Advertisement
- In Serial53 Chapters
Samurai NOT
By his master's request, Tadayoshi ended his life. Now he must look for the reason behind the request.
8 204 - In Serial25 Chapters
Soulless
Monsters exist. Monsters hunt for the one thing they lack—a soul. Though they were once human, they have no memory of who they were, no identity. They live without conscience or compassion. All of them except one. He is determined to fight against what he has become. But what happens when he finds a soul so bright, so pure, that he cannot resist? Will the monster within him win or will he become something he never thought possible? A great evil hides in the shadows and, Soulless or not, he might be the only one who can stop it. Thank you for reading! The entire novel can be purchased here on Amazon.
8 166 - In Serial14 Chapters
Apocalypse? Paradise.
It's was a little cloudy on that spring morning. The day the world ended and the apocalypse started for humanity causing 80% of the population to turn into bloodthirsty deranged husks of their former selves, preying upon the remaining fifth of the population trying to survive. As for those different from the society at large? Who don't fit in with the societal rules? Who we called monsters even before the apocalypse? The broken creatures who wore human masks even before the day the world ended, now crawling out from the darkest dephts of the society to unveil themselves. Did they too witness the end of the world, or the creation of paradise? Cover from pixabay. https://pixabay.com/photo-2935144/
8 132 - In Serial13 Chapters
The Innocent Soldier - Linstead
This is a Memorial Day special. This story is to bring awareness to PTSD and how to help.
8 254 - In Serial14 Chapters
We're Alright | brooke hyland
Brooke Hyland goes in a adventure at Disney World with her two daughter's Ella and Ali. While her husband is 'working' and ends up meeting Nolan Betts.
8 205 - In Serial37 Chapters
The Alpha
Book #1 in the Soulmate Series7 years ago, Ellie was rejected by her mate. Under the threat of death, she was forced to flee with her mate's child still growing inside her. Left heartbroken and hunted, she ran from the world she was forced out of and created a new one. But, when an attack on her new pack threatens the lives of both her and her child, she has to turn to the one man she swore she would never come back to. Will her mate be her savior, or will he kill her on sight?Axton is the Alpha of the Black Stone Pack. 7 years ago, he found his soulmate, the one that was supposed to be with him forever. After months of being together, she is taken from him without a trace of who did it. Left heartbroken, he searched every corner of the world for his lost mate, but she was no where to be found. Now, he has become cold and distant from everyone in his pack, feared by all for his ruthlessness. His heart broke the day his mate disappeared, but could it be mended when she finds her way back to him with the child he didn't know about.7 years ago, something happened that changed the lives of these two mates. Both not knowing the true treachery of those who want them apart, what will they do to finally be together?*****All Rights reserved to me. Characters are my own. The picture on the cover belongs to whoever posted it on google (i.e. Not mine)Read, Comment, Vote, and Follow.Highest Ranking In Werewolf: #39 (If it goes any lower, tell me!)
8 393

