《[✓] Mate || Park Jihoon》Chapter 35.
Advertisement
Jihan dan jihoon sudah berada di rumah sakit dengan membawa buah-buahan untuk yujin, mereka pergi ke kamar rawat 077 yang ada di lantai dua, saat mereka sudah sampai di kamar rawat 077 jihoon membuka pintu kamar rawat dan terlihatlah mashiho dan Sooyoung yang sudah sampai duluan, bahkan yujin sudah kelihatan baik-baik saja sekarang.
"Halo semuanya." Ucap Jihan tersenyum manis.
"Akhirnya sampai juga Kalian berdua." Ucap Mashiho lalu bersalaman ala cowok dengan jihoon.
"Hai yujin, bagaimana sudah enakan?!." Tanya Jihan yang berdiri di samping kasur yujin.
"Sudah baikan kok." Ucap Yujin tersenyum manis.
"Syukurlah, oh ya aku bawain buah-buahan untuk kamu, cepat sembuh ya." Ucap Jihan tersenyum menatap wajah Yujin.
"Jihan, boleh aku bicara sesuatu?!."
"Tentu saja, mau bicara apa?!."
"Aku mau minta maaf sama kamu, selama ini aku sudah jahat banget sama kamu, maaf kalo aku sempat memiliki pikiran untuk menghancurkan hubungan kamu sama jihoon, seharusnya kamu tidak berbaik hati memberikan darah kamu untuk aku."
Jihan tersenyum tulus lalu memegang tangan kanan yujin.
"Tidak apa-apa, lupakan yang sudah berlalu aku sudah memaafkan kamu, aku mendonorkan darah ku untuk kamu karena aku tidak ingin hidup dengan penyesalan karena tidak menolong kamu."
"Kenapa kamu baik banget sama aku?! Aku sudah jahat sama Kamu, bahkan aku hampir saja menghilangkan nyawa kamu."
"Karena aku tidak pernah diajarkan untuk membenci orang lain sekalipun orang itu jahat sama aku, aku mengerti kenapa kamu tidak suka dengan aku, seharusnya aku yang minta maaf karena sudah melukai perasaan kamu."
Yujin menggelengkan kepalanya cepat,"Tidak, itu tidak benar, aku yang salah aku yang minta maaf sama kamu, kamu boleh penjarakan aku karena kesalahan ku Jihan."
"Apa maksudmu?! Aku tidak mungkin memenjarakan teman ku sendiri."
"Teman katamu?!."
Jihan mengangguk,"Kalo jihoon saja bisa memaafkan sungchan lalu mereka berteman, kenapa aku tidak bisa menjadikan kamu sebagai teman baik ku juga."
Jihan menunjukkan jari kelingkingnya di depan yujin dengan senyum manisnya.
"Kamu mau kan jadi teman aku dan Sooyoung?!." Tanya Jihan.
Yujin terdiam sejenak kemudian menatap kearah Sooyoung yang berdiri di sampingnya, melihat tatapan yujin menganggukkan kepalanya, kemudian tatapannya beralih ke tiga cowok yang berdiri di di depannya mereka juga menganggukkan kepalanya.
"Aku mau jadi teman kalian." Ucap Yujin menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Jihan.
Advertisement
Jihan tersenyum lebar begitupun yang lainnya, ia pun memeluk tubuh yujin dari samping yang dibalas oleh yujin.
"Ah mau ikutan juga." Ucap Sooyoung mengerucutkan bibirnya karena sebal mereka berpelukan hanya berdua.
"Yaa! Kim Sooyoung, kamu tidak di ajak jadi pulang saja sana." Ledek Mashiho yang membuat gelak tawa terjadi.
"Aish, menyebalkan!." Ucap Sooyoung menghentakkan kakinya.
"Sini peluk bertiga." Ucap Yujin, Sooyoung pun ikut memeluk tubuh yujin. Momen itu pun tak luput dari tatapan ketiga pria di depan mereka yang tersenyum lebar ketika melihat yujin kini mau berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
"Permisi, waktu nya makan dan minum obat nona yujin." Ucap suster rose masuk ke dalam kamar yujin.
"Oh, baiklah, terimakasih sus." Ucap Yujin.
"Biar saya saja yang suapin. Ucap Jihan.
"Baiklah, kalo gitu saya permisi keluar dulu ya." Ucap Suster rose.
Saat suster rose keluar, Jihan pun langsung mengambil makanan untuk yujin kemudian menyodorkan sendok kearah yujin.
"Buka mulutnya." Ucap Jihan, yujin pun membuka mulutnya dan menerima suapan pertamanya.
"Enak?!." Tanya Jihan, yujin mengangguk dengan mulut yang sedang mengunyah.
"Oh ya, ngomong-ngomong kapan yujin pulang?!." Tanya Mashiho.
"Kata dokter kalo kondisinya semakin membaik mungkin tiga hari lagi sudah boleh pulang." Ucap Sungchan.
"Gimana Minggu depan kita kerjain skripsi bareng, sebulan lagi kita ujian abis itu sidang, dua bulan ke depan hari kelulusan kita." Ucap Sooyoung.
"Astaga, aku hampir saja melupakan hal itu, ternyata sebentar lagi kita bakalan lulus jadi sarjana." Ucap Jihoon.
"Tidak terduga memang, tapi boleh juga ide Sooyoung, gimana dengan kalian?!." Tanya Sungchan.
"Boleh, aku setuju." Ucap Jihan.
"Aku juga setuju." Ucap Yujin yang membuat mereka bersorak gembira karena akhirnya mereka bisa mengerjakan skripsi itu bersama-sama nantinya.
*****
(Awas ada adegan berbahaya)
Setelah berjam-jam berada di rumah sakit, Jihan dan juga jihoon memutuskan untuk pulang ke rumah, di rumah jihoon duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya.
"Jihoon." Panggil Jihan.
"Aku di balkon." Teriak jihoon.
Tak lama kemudian Jihan datang dengan wajah cemberutnya, jihoon yang melihat itu terkekeh gemas melihat wajah imut istrinya itu.
"Kenapa wajah kamu kaya gitu?! Pasti ada maunya." Ucap Jihoon.
"Mau makan ramen." Ucap Jihan mengerucutkan bibirnya.
"Iyah udah kamu bikin, terus kenapa pakai segala cemberut gitu?!."
Advertisement
"Ih dasar tidak peka!! Aku maunya kamu yang bikinin ramen." Ketus Jihan.
"Kenapa jadi marah-marah, kalo mau aku yang bikinin harus ada bonusnya dulu." Ucap Jihoon dengan wajah jahilnya.
"Aku cuman minta dibuatin ramen doang lho, pakai segala minta bonus."
"Yasudah kalo tidak mau, aku juga tidak mau bikinin kamu ramen." Ucap Jihoon lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya.
"Ih jihoon kok gitu si, aku kan cuman minta dibikinin ramen doang."
"Aku bikinin kalo kamu mau kasih bonus ke aku."
Jihan memutar bola matanya malas, ia tidak ingin berdebat perkara ramen doang di tambah lagi nafsu makannya lagi banyak sekarang, Jihan pun berjalan mendekati jihoon lalu mencium singkat bibir jihoon.
"Udah kan, sana bikinin aku lagi mau makan ramen." Ucap Jihan.
"Dih, sebentar doang." Protes jihoon.
"Yang penting aku udah kasih kamu bonus, jadi tidak perlu protes."
"Ya kalo gitu aku juga tidak bakalan bikinin kamu ramen, tidak perlu protes." Ucap jihoon.
Jihan memasang wajah keselnya lalu menghela napas panjangnya, ia menarik baju jihoon agar pria itu agak sedikit menundukkan kepalanya karena tubuh Jihoon yang tinggi, bibir Jihan pun menempel di bibir jihoon namun tidak melumatnya, sampai ketika mata Jihan terbelalak kala jihoon melumat bibirnya dan menarik pinggang Jihan untuk mendekat kearahnya.
Lumatan lembut yang dimainkan oleh jihoon membuat Jihan begitu menyukai permainannya, semakin dalam semakin terasa nikmatnya, mata mereka tertutup dengan tangan liar jihoon yang masuk ke dalam baju Jihan yang membuat Jihan kegelian karena tangannya berada di pinggang Jihan.
"Shh." Desahan kecil keluar dari mulut jihan saat satu tangan jihoon berada di antara dua miliknya dan meremasnya.
Jihoon melepaskan ciuman panas mereka lalu membisikkan sesuatu di telinga Jihan dengan suara beratnya.
"I want to play now, baby."
Jihan yang mendengar itu pun tak bisa menghindari keinginan jihoon, padahal ia hanya ingin jihoon membuatkannya ramen saja tapi kenapa malahan seperti ini.
"Ini masih siang, jihoon." Ucap Jihan.
"Aku tidak peduli, aku mau sekarang."
"Baiklah, tutup jendelanya dan kunci pintunya." Ucap Jihan, jihoon pun langsung beralih menutup semua jendela dan mengunci pintu.
Bahkan di kamar mereka terlihat seperti malam hari hanya karena kaca yang besar tertutup oleh jendela berwarna coklat gelap.
Jihoon berjalan mendekati Jihan yang berdiri di depan meja rias nya untuk menguncir rambutnya itu, jihoon memeluk pinggang Jihan dengan kepala di bahu Jihan lalu mencium leher Jihan yang membuat Jihan kegelian.
"Jihoon, aah..geli." Ucap Jihan dengan sedikit mendesah karena ulah jihoon yang menjilati lehernya.
Jihoon pun menggendong tubuh Jihan dan di tidurkan di kasur dengan tubuh jihoon di atasnya.
"Pelan-pelan." Ucap Jihan.
"Kamu tau aku seperti apa kalo lagi main kan, jadi tenang saja." Ucap jihoon dengan senyum devilnya.
Siang hari itu pun terjadi di mana mereka melakukan adegan panas di ranjang bahkan jihoon mampu melakukan tiga ronde sekaligus, saat jam menunjukkan pukul empat sore mereka menyudahinya setelah sama-sama berada di ujung kenikmatan.
"Makasih." Ucap jihoon tersenyum manis.
"Sudah jadi tugas aku melayani suami sendiri." Ucap Jihan.
"Kalo gitu aku mandi dulu abis itu buatin kamu ramen, mau ramen apa?!." Ucap Jihoon bangun dari tidurnya.
"Namja ramen." Ucap Jihan.
"Ya sudah tunggu sebentar, aku mau mandi dulu." Ucap jihoon lalu beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar mandi.
Setelah dua jam kemudian jihoon berkutat di dapur membuat ramen untuk Jihan yang akhirnya sudah selesai.
"Lho, ramen buat siapa ji?!." Tanya Mama Shoji.
"Untuk jihan ma, dia lagi pengen makan ramen katanya." Ucap Jihoon.
"Oh gitu, terus Jihan nya mana?!."
"Di kamar nanti juga turun."
"Ya sudah kalo gitu, mama ke atas lagi ya." Ucap mama Shoji.
"Iya ma." Ucap Jihoon.
Saat mama Shoji pergi setelah mengambil air minum, Jihan turun dengan wajah fresh nya setelah mandi.
"Wah, udah jadi ramen nya." Ucap Jihan.
"Udah dong, silahkan di makan nona."
"Terimakasih." Jihan pun memakan dengan lahap mie yang dibuat oleh jihoon yang benar-benar sangat enak di lidahnya.
"Gimana?! Enak kan?!." Tanya Jihoon.
"Enak banget, kalo kamu jualan ramen kayaknya bakalan laku banget deh ji." Ucap jihan.
"Astaga, aku ganteng calon CEO begini di suruh jualan ramen yang benar aja." Ketus jihoon.
"Haha aku bercanda kok, makasih ya ini ramen terenak yang baru aku coba."
"Sama-sama, apa sih yang tidak buat istri aku." Ucap jihoon mengelus rambut Jihan.
Advertisement
- In Serial547 Chapters
Loving A STRANGER
ETHAN PARKER, a hybrid alpha-vampire, struggling to retain his human form to pursue the most beautiful, strong, and stubborn b-list actress KYLIE FINCH who he happened met ten years ago during the darkest day of his life.
8 775 - In Serial28 Chapters
The world traveler from the future
The world, under the guide of the System, was prospering. The Dungeons gifted untold riches to those brave enough to challenge them, and the System watched and helped those who were willing to complete its Quests. But not Charles. As soon as he appeared inside a dark cave, the system told him that he was an anomaly, that he was not worthy of its gifts. His mind was damaged. His AI companion was convinced that he was in a world of sword and magic. All around, schemers and manipulators tried to play their part in a story that was thousands of years old. Spanning entire planes and worlds. And yet, he only saw what he wanted to see. For a while, it worked. Slowly, but inevitably, it became impossible. The threat was too big to ignore, the evidence too strong. He was just a pawn in a game so large that it was impossible to comprehend. At its center, the System. The System was not what it seemed. It was a tyrant, or maybe just a tool created by someone or something so powerful that it could control entire worlds. And it had declared him its enemy. Many thanks to Damiano, who helps with the world building and the character building. Many thanks to Fuyu Dust for the cover art. One new chapter every Friday. Patreon - get early access to chapters weeks before they come out. Discord - chat with me and other creators.
8 383 - In Serial6 Chapters
LandFall's legacy
An 18 years old ojou san considered as the youngest martial art genius and master of other fields , found herself transported by an unknown item into an another world.Find out about her decisions as she embrasses her new life .
8 124 - In Serial44 Chapters
The one who walks alone (Xianxia/Wuxia)
Sparrow's grandma doesn't want him to spend life picking turnips, she wants him to be somebody - so she drags him to the best academy in the land and threatens the administrators until they let Sparrow in. But with deranged maniacs running the academy - arrogant, poo throwing young masters, and princesses who kick his ass - Sparrow isn't so sure the academy life is for him. After being kicked out he becomes a hobo - wandering a world full of cultivators and demons - and picking up all the skills the road can teach him. Sure, Sparrow wouldn't mind becoming a god one day, but to start with, he just wants to make his grandma proud.
8 110 - In Serial31 Chapters
An unlikely friendship
Two men from opposite sides of the track meet and form an unlikely friendship.
8 202 - In Serial47 Chapters
Gangsta//Joker
"She's the only person brave enough to punch the joker in the face...and live to tell it. Ashton lawton"
8 79

